Siapa Saja 8 Konglomerat Milenial Indonesia?

News2,303 views

Leantoro.com. Siapa Saja 8 Konglomerat Milenial Indonesia? Ingatkah kita, bahwa belum lama ini, Presiden Joko Widodo mengumpulkan setidaknya 26 konglomerat muda Indonesia. 

Dimana, dalam pembicaraan tersebut, Presiden Indonesia Joko Widodo meminta agar para “konglomerat milenial’ ikut serta membenahi CAD ( perbaikan transaksi berjalan atau current account deficit yang sekitar 3%) di Indonesia.

26 Konglomerat tersebut antara lain :

  1. Rosan P. Roeslani (Ketua Umum Kadin Indonesia)
  2. Ivan Batubara (Ketua Umum Kadin Sumatera Utara)
  3. Dayang Donna Faroek (Ketua Umum Kadin Kalimantan Timur)
  4. Arus Abdul Karim (Ketua Umum Kadin Sulawesi Tengah)
  5. Kukrit Surya Wicaksono (Ketua Umum Kadin Jawa Tengah)
  6. Garibaldi Thohir (Adaro)
  7. Anindya N. Bakrie (Bakrie Group)
  8. Muki Hamami (Trakindo Utama)
  9. Martin Hartono (PT Djarum)
  10. Anthony Pradipta (GAN Kapital & Plug and Play)
  11. Axton Salim (Salim Group)
  12. Michael William P. Soeryadjaya (Saratoga Investama)
  13. Michael Widjaja (Sinar Mas Land)
  14. Budi Susanto (Alfamart)
  15. Arini Sarraswati Subianto (Persada Capital Investama)
  16. Arif Patrick Rachmat (Triputra Agro Persada)
  17. Arif Suherman (Cineplex 21)
  18. Richard Halim Kusuma (Agung Sedayu Group)
  19. Pandu Patria Sjahrir (Toba Bara)
  20. John Riady (Lippo Group)
  21. Alvin Sariaatmadja (Emtek)
  22. Anderson Tanoto (Royal Golden Eagle)
  23. Yaser Raimi Arifin Panigoro (Medco Group)
  24. Jonathan Tahir (Mayapada)
  25. Agus Prajogo (Barito)
  26. Gandi Sulistiyanto Soeherman (Sinarmas Group)

Dari 26 konglomerat muda tersebut, ternyata ada beberapa yang masuk kategori milenial, yakni konglomerat Indonesia yang berusia kepala dua atau kepala tiga. Siapa saja dia?

Sebelum salah kaprah mengerti soal milenial, sebaiknya simak terlebih dahulu ulasan soal istilah millennial itu sendiri. Generasi Milenial itu Lahir di Tahun Berapa, sih?

dilansir dari Cermati.com, tidak ada satu pun ketentuan baku atau pasti secara persis definisi pengelompokan dari teori generasi berdasarkan kurun waktu tahun kelahiran ini.

Artinya, definisi rentang umur dalam teori generasi bermacam-macam dan terus berkembang. Tapi teori generasi itu sendiri, pertama kali dihembuskan oleh sosiolog Karl Mannheim pada 1923.

Berdasarkan teori tersebut, manusia terbagi dalam sejumlah generasi, yakni Generasi Era Depresi, Generasi Perang Dunia II, Generasi Pasca Perang Dunia II, Generasi Baby Boomer I, Generasi Baby Boomer II, Generasi X, Generasi Y, dan Generasi Z.

Namun, istilah generasi milenial ini pertama kali dicetuskan oleh penulis asal Amerika Serikat, William Strauss dan Neil Howe, pada 1991. Dalam bukunya, Generation: History of America’s Future, 1584 to 2069, terdapat pengelompokan generasi, yakni:

  • Silent Generation (lahir pada 1925-1942),
  • Boom Generation (1943-1960),
  • 13th Generation atau X (1961-1981),
  • Generasi Milenial (1982-tidak disebutkan)

Begitu pun dengan teori generasi yang mengacu pada buku Don Tapscott, berjudul Grown Up Digital: The Rise of Net Generation, pada 1997, yang mengelompokkan generasi berdasarkan tahun kelahiran, di antaranya:

  • Generasi Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya),
  • Generasi Baby Boom yang (lahir pada 1946-1964),
  • Baby Bust atau Generasi X (1965-1976),
  • The Eco of Baby Boom atau Generasi Y/millennials (1977-1997),
  • Net Generation atau Generasi Z (1998-2010),
  • Generasi Alpha (2011-hingga sekarang)

Lalu ada teori generasi berdasarkan Carolyn A. Martin & Bruce Tulgan dalam bukunya berjudul Managing the Generation Mix: Second Edition from Urgency to Opportunity, tahun 2002, yang mengelompokkan generasi sebagai berikut:

  • Schwarzkop Generation (lahir sebelum 1946),
  • Generasi Baby Boom (1946-1964),
  • Generasi X (1965-1977),
  • Generasi Y atau milenial (1978-1989)

Tentu saja, masih ada teori-teori generasi lain, seperti Lancastes & Stillman pada 2002, Oblinger pada 2005, dan beberapa pakar lainnya.

Lalu, siapa sosok konglomerat milenial Indonesia tersebut. Ada banyak konglomerat muda di negeri ini. Tapi tidak semuanya masuk kategori konglomerat milenial.

Dari puluhan konglomerat muda itu, ternyata hanya ada beberapa saja yang termasuk konglomerat milenial. Siapa saja?

Sebelum lebih lanjut mengupas siapa-siapa saja yang masuk dalam daftar konglomerat milenal Indonesia, ada fakta menarik bagaimana ‘gelar’ ini mereka sandang.

Di usianya yang masih relatif muda, tentu saja para konglomerat milenial ini bukanlah sebagai pengusaha perintis. Ada ‘modal awal’ yang secara otomatis mereka dapatkan. Tak lain dan tak bukan, kesuksesannya di dunia bisnis banyak dipengaruhi oleh pendahulunya atau keluarga besarnya.

Mereka mewarisi perjalanan bisnis yang awalnya dirintis pendahulunya. Artinya, para konglomerat milenial ini merupakan generasi kedua atau ketiga dan seterusnya dari bisnis tersebut.

Jadi, estafet bisnis inilah yang telah mengantarkan mereka menyandang ‘gelar’ konglomerat milenial. Lalu, siapa saja yang masuk dalam daftar konglomerat milenial Indonesia ini?

8 Konglomerat Milenial Indonesia, dari Perkebunan hingga Industri Keuangan

Tak sabar ingin tahu siapa saja? Berikut rangkum dari berbagai sumber mengenai sosok konglomerat milenial Indonesia.

1. Anderson Tanoto (28)

Yup, Anderson Tanoto masuk dalam daftar konglomerat milenal karena usianya yang masih 28 tahun. Dia menggarap perusahaan-perusahaan bertaraf internasional bidang manufaktur di bawah bendera PT Royal Golden Eagle (RGE).

Perusahaan berbasis sumber daya alam yang dikenal dengan Raja Garuda Mas (RGM) ini dirintis oleh sang kakek, Sukanto Tanoto, sejak 51 tahun lalu, yang kekayaannya mencapai sekitar US$2,7 miliar versi Majalah Globe Asia 2018.

Artinya, Anderson merupakan generasi kedua dari perusahaan keluarga ini.

2. Michael W.P. Soeryadjaya (32)

Nah, untuk konglomerat milenial yang satu ini tidak hanya sebagai ahli waris dari sang ayah yakni Edwin Soeryadjaya, atau cucu dari pendiri Astra Internasional, William Soeryadjaya, tapi juga mendapatkan limpahan dari PT Saratoga Investama Sedaya yang didirikan oleh Sandiaga S. Uno dan Edwin Soeryadjaya pada tahun 1997, sebagai pucuk pimpinan Saratoga.

Namun hingga sekarang ini belum ada publikasi seberapa besar kekayaan bersih pria yang lahir pada 5 Februari 1986. Namun, untuk kekayaan keluarga besarnya atau sang ayah mencapai US$930 juta versi Majalah Forbes pada tahun 2015. Jadi, Michael merupakan generasi ketiga dari grup perusahaan ini.

3. John Riady (33)

John Riady, yang merupakan konglomerat milenial Indonesia kelahiran 5 Mei 1985 ini adalah generasi ketiga pendiri Lippo Group, Mochtar Riady. Pria yang lahir di New York, Amerika Serikat, ini banyak menempuh pendidikan di luar negeri.

Anak dari konglomerat James Riady ini meniti kariernya sejak belia. Pada 2005, dia sudah menjadi Editor at Large The Jakarta Globe, menjabat Chairman of the Board PT Siloam Hospital International Tbk sejak 2017, Director Lippo Group sejak Mei 2011, dan masih banyak lagi.

Nah, kesemua itu merupakan perusahaan keluarga besar sang ayah dan rintisan kakeknya.

4. Michael Widjaja (34)

Kali ini, cucu taipan Eka Tjipta Widjaja yang kini usinya 97 tahun dan memiliki kekayaan US$5,3 miliar, juga masih cukup belia saat memulai karier di salah satu perusahaan keluarga sebagai observer di PT Duta Pertiwi di sektor properti, yang kala itu usia Michael Widjaja baru menginjak 24 tahun.

Anak dari Muktar Widjaja ini pun menunjukkan kepiawaiannya dan dipercaya mengembangkan perusahaan keluarga yang kini menduduki posisi CEO Sinar Mas Land. Pria kelahiran Surabaya, 9 Juli 1984 ini pun mewujudkan mimpinya untuk menjadikan BSD City sebagai distrik pusat bisnis di wilayah Tangerang.

Sebagai generasi ketiga Sinar Mas Group, Michael Widjaja pun jadi salah satu konglomerat milenal.

5. Alvin Widarta Sariaatmadja (35)

Konglomerat milenial Indonesia yang satu ini merupakan anak dari pengusaha yang bergerak di bidang pertelevisian, seperti SCTV dan Indosiar, Eddy Kusnadi Sariaatmadja. Nah, kekayaan sang ayah mencapai sekitar US$1,8 miliar di 2018.

Alvin Sariaatmadja sendiri saat ini menjabat sebagai Presiden Direktur PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) sejak tiga tahun lalu dan menduduki beberapa jabatan penting di perusahaan keluarga lainnya.

Pria kelahiran Sydney ini merupakan cucu dari Mohamad Soeboed Sariaatmadja. Alvin lahir pada 14 Agustus 1983, serta menamatkan pendidikan di Universitas New South Wales, Australia, jurusan hukum dan sarjana keuangan.

6. Axton Salim (39)

Siapa yang tak kenal Indofood? Di balik kesuksesan perusahaan makanan dan minuman ini, ada sosok Anthoni Salim yang merupakan ayah Axton Salim, dan Sudono Salim sang kakek. Tentu saja, Axton menjadi pewaris perusahaan keluarga ini.

Sebagai generasi ketiga Salim Group, pria yang lahir di Jakarta ini menduduki posisi direktur Indofood saat usianya masih muda. Sebelum fokus menggarap perusahaan keluarga, Axton yang lahir 1 Januari 1979 ini sempat bekerja di Credit Suisse Singapore divisi bank investasi.

7. Richard Halim Kusuma (39)

Sebagai anak pendiri salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia, Sugianto Kusuma, di bawah bendera Agung Sedayu Group, Richard Halim masuk dalam jajaran konglomerat milenial Indonesia yang mengembangkan kariernya di perusahaan keluarga.

Richard yang lahir pada tahun 1979 ini juga memulai kariernya di usia muda sebagai Direktur PT KIA Mobil Indonesia pada 2004.

Pria yang menyelesaikan pendidikannya di Northereastern University, Boston, USA, ini menjabat sebagai Direktur Agung Sedayu Group sejak lima tahun lalu dan Komisaris di Bank Artha Graha sejak 2014.

8. Pandu Patria Sjahrir (39)

Pria kelahiran Amerika Serikat, 17 Mei 1979 ini juga meniti karier di usia belia. Anak dari ekonom Sjahrir ini menjadi Direktur PT Toba Bara Sejahtera Tbk, setelah sebelumnya berkarier sebagai analis sektor energi di Matlin & Patterson, principal di Byun & Co, Alternative Energy Fund Asia, dan analis di Lehman Brothers.

Saat ini Pandu Patria juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI).

Indonesia Punya Banyak Pemuda Berjiwa Entrepreneur. Itulah beberapa pengusaha muda Indonesia yang mengasah kemampuan serta membangun kariernya sebagai pengusaha.

Kendati di balik labelnya sebagai konglomerat milenial dari perusahaan rintisan keluarga, namun mereka berhasil unjuk gigi membuktikan dirinya layak mengemban dan dipercaya menjalankan, serta mewarisi kejayaan perusahaan.

Tentu saja ada banyak anak-anak muda Indonesia lainnya di luar sana yang berjiwa pengusaha dan sukses berbisnis.